 |
Gunung Lawu |
Gunung Lawu merupakan
salah satu gunung yang dimiliki pulai jawa. Gunung yang secara formal telah
diukur dan memperoleh hasil pengukuran 3265 Mdpl ini merupakan gunung terdingin
di pulau jawa. Saat malam hari suhu rata-rata mencapai 5 ° C bahkan bisa dibawahnya.
Gunung Lawu terletak di perbatasan antara propinsi jawa timur dan jawa tengah.
Gunung lawu dinyatakan tidak aktif oleh BMG kab Magetan namun ada yang
mengatakan bahwa Gunung lawu sedang berada dalam masa istirahat ( Tidak aktif
untuk sementara ). Dilerengnya telah
terdapat kepundan kkecil yang masih mengeluarkan uap air ( fumarol ) dan
belerang ( solfatara ). Gunung Lawu mempunya kawasan hutan Dipterokarp Bukit,
hutan Dipterokarp Atas, hutan montane, dan hutan Ericaceous.
Gunung Lawu memiliki 3
puncak yaitu Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, serta Hargo Dumilah yang
merupakan puncak tertinggi di gunung lawu. Di lereng gunung ini terdapat
sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah
Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat
dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho.
Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran:
Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana
Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.
JALUR
PENDAKIAN
Jalur pendakian di
gunung lawu yang populer dapat melalui dua jalur yaitu Jalur Cemoro Sewu serta
Jalur Cemoro Kandang. Jarak pintu masuk antara dua jalur pendakian ini hanya
terpisah sekitar 400 meter.
1.
Jalur pendakian Cemoro Kandang
Jalur
pendakian melalui cemoro kandang ini dapat ditempuh dalam waktu 7-8 jam untuk
bisa mencapai puncak tertinggi yaitu Hargo Dumilah. Pendakian dimulai dari
gerbang basecamp cemoro kandang perlu diingat dan dicatat untuk pendaki yang
membawa HT frekuensi yang di capai untuk bisa menghubungi Pos Basecamp adalah
14.246.0 sementara untuk emergency call dapat menghubungi nomor : 081 575 899
797 atau 085 329 335 007.
Jalur
Pendakian Gunung Lawu dari cemoro kandang akan melesati 5 selter selter pertama
yaitu pos 1 taman sari bawah. Selter 2 yaitu Taman sari atas sepanjang perjalan
menuju pos 2 akan tercium bau belerang karena anda akan melewati sebuah kawah
yang dinamakan kawah Candradimuka. Dari pos dua dilanjutkan perjalanan menuju
pos 3 Atau biasa disebut Penggik. Sepanjang perjalanan menuju pos 3 inilah yang
merupakan perjalanan paling jauh menuju pos dibandingkan menuju pos-pos lain.
Sepanjang perjalanan ini juga anda akan melewati jalan dengan sisi kiri Jurang
yang dinamakan Jurang Pangarip-arip. Sampai di pos 3 sudah mulai ditemui
rerimbunan bunga edelweis yang begitu indah. Dari Pos 3 perjalanan dilanjutkan
menuju Pos 4 jalur sangat berkelok-kelok serta terjal. Dari pos 4 menuju pos 5
jalur lumayan datar sehingga akan lebih cepat sampai di pos 5. Sepanjang
perjalanan menuju pos 5 anda akan disuguhi pemandangan nan indah dengan bunga
edelwis tumbuh dimana-mana. Dari sini juga sudah terlihat Puncak Cokro suryo
yang menjulang tinggi dengan gagahnya. Dari Pos 5 pendaki bisa langsung menuju Hargodumilah,
Puncak Hargo Puruso, atau Puncak Hargo Tulling.
2.
Jalur Pendakian Cemoro Sewu.
Jalur
Pendakian Gunung Lawu melalui cemoro sewu dimulai dari Basecamp cemoro Sewu.
Jalur pendakian melalui cemoro sewu ini akan memakan waktu perjalan relatif
lebih sedikti daripada jalur Cemoro kandang. Dari cemoro ssewu anda akan sampai
di puncak dengan jarak tempuh 5-6 jam. Selain itu jalur cemoro sewu jalanya
sudah baik dengan batuan yang tertata secara rapi. Hanya saja jalur ini agak
sedikit menanjak. Sama seperti Jalur cemoro kandang , jalur cemoro sewu juga
akan melalui 5 pos.
TEMPAT-TEMPAT KERAMAT DI GUNUNG LAWU
Nama asli gunung Lawu adalah Wukir Mahendra.
Menurut legenda, gunung Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang
dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan
alam diseputar Gn. Lawu. Sejak jaman Prabu Brawijaya V, raja Majapahit pada
abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan
di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat
dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro, para
kerabat Keraton sering berjiarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gn.Lawu.
Terdapat padang rumput pegunungan banjaran
Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang
Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl yang biasanya kering di
musim kemarau. Konon pendaki yang mandi berendam di tempat ini, segala
keinginannya dapat terkabul. Namun sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di
puncak gunung karena airnya sangat dingin.
Rumput yang tumbuh di dasar telaga ini berwarna
kuning sehingga airnya kelihatan kuning. Telaga ini diapit oleh puncak Hargo
dumilah dengan puncak lainnya. Luas dasar telaga Kuning ini sekitar 4 Ha.
 |
Gunung Lawu |
Terdapat sebuah mata air yang disebut Sendang
Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis tengah 2 meter dan memiliki
kedalaman 2 meter. Meskipun berada di puncak gunung sumur ini airnya tidak
pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus. Air sendang ini
dipercaya dapat memberikan mujijat bagi orang yang meminumnya. Juga terdapat
bangunan yang berupa bilik-bilik untuk mandi, karena para pejiarah disarankan
untuk menyiram badannya dengan air sendang ini dalam hitungan ganjil.
Juga ada sebuah gua yang disebut Sumur Jolotundo
menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat curam turun ke bawah kurang lebih
sedalam 5 meter. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat dan sering dipakai untuk
bertapa. Sumur ini berupa lubang bergaris tengah sekitar 3 meter. Untuk turun
ke dalam sumur harus menggunakan tali dan lampu senter karena gelap. Di dalam
sumur terdapat pintu goa dengan garis tengah 90 cm. Konon di dalam sumur
Jolotundho ini sering digunakan untuk bertapa, dan digunakan guru-guru untuk
memberi wejangan/pelajaran kepada muridnya.
Terdapat sebuah bangunan di sekitar puncak
Argodumilah yang disebut Hargo Dalem utuk berjiarah, disinilah tempatnya Eyang
Sunan Lawu. Tempat bertahta raja terakhir Majapahit memerintah kerajaan Makhluk
halus. Hargo Dalem adalah makam kuno tempak mukswa Sang Prabu Brawijaya.
Pejiarah wajib melakukan pisowanan (upacara ritual) sebanyak tujuh kali untuk
dapat melihat penampakan Eyang Sunan Lawu. Namun tidak jarang sebelum melakukan
tujuh kali pendakian, pejiarah sudah dapat berjumpa dengan Eyang Sunan Lawu.
Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat
bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari
hujan dan angin. Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi
pendaki dan pejiarah yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan
Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.
Pasar Diyeng atau Pasar Setan, berupa prasasti
batu yang berblok-blok, pasar ini hanya dapat dilihat secara gaib. Pasar Diyeng
akan memberikan berkah bagi para pejiarah yang percaya. Bila berada ditempat
ini kemudian secara tiba-tiba kita mendengar suara "mau beli apa
dik?" maka segeralah membuang uang terserah dalam jumlah berapapun, lalu
petiklah daun atau rumput seolah-olah kita berbelanja, maka sekonyong-konyong
kita akan memperoleh kembalian uang dalam jumlah yang sangat banyak. Pasar
Diyeng/Pasar Setan ini terletak di dekat Hargo Dalem.
Pawom Sewu terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro
Sewu. Tempat ini berbentuk tatanan/susunan batu yang menyerupai candi. Dulunya
digunakan bertapa para abdi Raja Parabu Brawijaya V.
Itu tadi sedikit ulasan tentang
Keindahan Serta Aroma Mistis Gunung Lawu . ada juga informasi yang menarik untuk anda
disini